Kamis, 27 April 2017

Hati-hati! Pemakaian Gadget Berlebih pada Anak Bisa Memicu Autisme. Ini Buktinya



     Kemajuan teknologi saat ini sangat pesat. Hal ini antara lain ditandai dengan makin maraknya pemakaian gadget dalam masyarakat. Tak hanya orang dewasa, anak kecil pun sudah akrab dengan bermacam perangkat yang bisa diakses kapan saja. Baik itu untuk mengakses internet, maupun bermain "game". Hal ini sepertinya hal yang lumrah, namun tahukah Anda bahwa sebenarnya ada ancaman serius di balik pemakaian gadget pada anak-anak?

     Pemakaian gadget seperti dua sisi mata uang. Satu sisi berdampak positif disisi lain berdampak negatif. Anak yang sejak kecil sudah diperkenalkan dengan gadget, cendrung mempengaruhi perkembangan anak baik fisik, psikis maupun sosial

     Tiap hari anak difasilitasi dengan memberikan gadget, karena orang tua menganggap anak bisa diam tidak mengganggu aktivitas orang tuanya. Apalagi kedua orang tua sibuk bekerja tidak memiliki waktu untuk anaknya.

     Beberapa pakar setuju, bahwa ada korelasi antara pemakaian gadget sebagai salah satu faktor pemicu autisme pada anak. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ciri autisme yg bisa dilihat, seperti kesulitan berkomunikasi, tidak empati, tidak ada kontak mata, asyik dengan dunianya sendiri.
Kegiatan yang disenangi akan dilakukan berulang-ulang, sehingga tidak mau menerima perubahan apalagi secara mendadak.
Sentuhan fisik seperti dibelai, disentuh dan dipeluk sangat tidak disukainya. Ciri ini bisa terlihat ketika anak yang sudah kecanduan gedget.

     Penggunaan gadget yang belum saatnya bahkan berlebih pada anak akan berdampak negatif. Anak menjadi asyik dengan dunianya sendiri dan menganggap gadget adalah teman yang paling setia menimbulkan anak tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan.

     Orang tua harus hati-hati dalam pemakaian gadget pada anak, yg bisa menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya autisme pada anak. Namun demikian tidak semua autisme pada anak terjadi akibat pemakaian gadget. Sehingga orang tua tetap harus bijak dalam pengaturan pemakaiannya.

     Dari uraian di atas dapat terlihat dampak negatif gadget bagi anak
Namun, mengingat gadget juga memiliki sisi positif, maka kita tetap bisa memberikannya kepada anak. Tentu saja dengan pengawasan yang terus menerus dari orang tua.

Manfaat Bermain bagi Perkembangan Anak



    Dunia anak adalah bermain, dengan bermain  mereka bisa mengekspresikan berbagai perasaannya . Selain itu, anak juga belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Mengembangkan kemampuan bahasa pun dapat dilakukan dalam bermain. Anak akan kaya dalam perbendaharaan kata dan melatih berkomunikasi. Permainan yang dilakukan lebih dari satu orang ini merupakan laboratorium bahasa anak, karena mereka dapat berinteraksi satu dengan yang lain

      Melatih anak untuk belajar bersikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya.  Perkembangan moral anak dapat dicapai dengan anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong menolong dan  hubungan dengan sesama akan terlatih dan dapat terjalin melalui bermain bersama. Dengan bermain menyalurkan perasaan atau emosi anak dan ia belajar untuk mengendalikan diri dan  relaksasi. Beberapa jenis kegiatan bermain yang  menyalurkan ekspresi, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.

     Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia sekitarnya dan menguasai lingkungannya.  Anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan. Imajinasi anak akan dirangsang  dengan bermain. Anak mendapat kesempatan untuk mencoba idenya,tanpa rasa takut karena dalam bermain  anak akan mendapat kebebasan

Inilah 3 Kiat Jitu agar Hubunganmu dengan Ibu Mertua Harmonis

Bagi pasangan yang baru melangsungkan pernikahan, menentukan tempat tinggal sangat penting. Hal itu adalah sebuah langkah yang akan menentukan kehidupan mereka selanjutnya.

    Tinggal dirumah sendiri adalah impian tiap pasangan baru, namun tidak semua pasangan bernasib baik.  Jika belum punya rumah biasanya mereka mengontrak rumah. Pilihan terakhir adalah tinggal bersama orang tua suami atau orang tua istri.

     Permasalahan muncul jika istri harus tinggal di rumah orang tua suami,  karena istri harus rela suami harus berbagi cinta dengan mertuanya. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik antara istri dan ibu mertua. Masalah sepele pun bisa jadi besar jika istri tidak bisa mengelola konflik yang terjadi, namun demikian jika ditanggapi dengan positif, maka kecil kemungkinan terjadi konflik.

Berikut ini ada 3 kiat jitu hubuganmu dan ibu mertua harmonis.

1. Penyesuaian diri dengan lingkungan baru

     Penyesuain diri dengan lingkungan baru pada umumnya memerlukan waktu dan pasti awalnya akan merasakan ketidaknyamanan.
Namun hal ini harus segera diatasi dengan berusaha beradaptasi dengan anggota keluarga yang tinggal bersama.
Memang kenyataannya sangat berat dan membutuhkan waktu, tapi kita harus terus berusaha, agar bisa betah dan nyaman tinggal di rumah mertua

2. Ciptakan suasana yang nyaman

     Suasana nyaman dapat kita ciptakan dari diri sendiri. Cobalah untuk menganggap ibu mertua seperti Ibu kita sendiri, niscaya dia akan menganggap kita seperti anaknya sendiri. Posisikan mertua bukan seperti orang lain, pasti beliau akan merasakan kasih sayang kita sebagai anaknya sendiri. Dengan demikian hubungan akan tercipta lebih dekat, seperti bukan lagi hubungan antara menantu dan ibu mertua.

     Untuk dapat meraih hati mertua, sebagai menantu harus bisa memahami karakternya dan tahu apa yang diingikannya . Hal ini diperlukan kesabaran dan harus banyak mengalah.

3. Menghadapi konflik

     Konflik dalam rumah tangga pasti selalu ada. Kita jangan lari dari konflik tapi hadapi dan selesaikan. Dalam mencari solusi pemecahannya, janganlah dengan emosi dan harus berfikir positif.

     Masalah yang timbul akibat dari prasangka buruk yang kita ciptakan sendiri. Karena kejadian yang kita alami dalam hidup ini adalah buah pikiran kita sendiri. Berpikir positif dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah. Energi positif akan menjalar dan membuat hubungan yang baik dengan ibu mertua.

     Hormati ibu mertua, karena dari beliau suami kita ada. Jika kita tidak suka dengan sikap ibu mertua, tetap tenang. Ingatlah tanpa jasa beliau yang mengandung, melahirkan, dan merawat anaknya, maka suamimu tidak akan ada seperti saat ini. Jadi hormatilah dia seperti  menghormati suami dan ibu kandung kita

     Ajaklah ibu mertua bicara tentang apa saja yang disukai ibu mertua. Hal itu akan membuat beliau merasa dihargai dan dibutuhkan sehingga ia tidak canggung untuk berbagi kisah dengan kita. Keadaan ini dapat mematahkan pendapat banyak orang yang mengatakan menantu dan ibu mertua tidak bisa sedekat anak dengan ibu kandungnya.

      Kerjakan tugas rumah tangga sebaik mungkin. Bangun pagi, lalu menyapu, memasak, mengepel, mencuci, dan sebagainya. Tidak perlu semua dikerjakan, cukup kerjakan sebagian tapi secara maksimal. Tetap lakukan pekerjaan ini walaupun ada asisten rumah tangga, agar hati ibu mertua melunak. Terlihat sepele tapi bisa berdampak besar

     Jika usaha sudah kamu kerjakan namun merasa tetap tidak nyaman tinggal bersama mertua, maka berdoalah agar hati menjadi tenang. Doakan juga  ibu mertua supaya dilunakkan hatinya.  Semoga Allah SWT akan memberikan jalan keluar, sehingga dapat hidup dengan tenang dan bahagia . Yakinkan dalam diri bahwa setiap masalah akan ada penyelesaiannya.

Dosa Orang tua Terhadap Anak yang Tidak Disadari

     Dalam pembentukan perilaku anak, orang tua perlu mengarahkan, memantau, mengawasi dan membimbing. Hal ini bisa dilakukan melalui interaksi antara anak dan orangtua dalam lingkungan keluarga. Orang tua merupakan pihak yang terdekat dalam pembentukan kepribadian anak. Orang tua harus memberikan teladan bagi anaknya. Saat ini peran orang tua sering terabaikan, dengan alasan kesibukan dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan lebih fatal lagi dengan alasan untuk memenuhi kebutuan anak juga. Kondisi demikian tanpa disadari akan menjadi penghalang kedekatan hubungan orang tua dan anak. Tanggung jawab orang tua dialihkan ke asisten rumah tangga. Orang tua merasa semua sudah beres, karena sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangga. Hal ini menyebabkan timbul kesenjangan komunikasi antara anak dan orang tua. Belum lagi dengan kualitas komunikasi yang kurang baik dari orang tua. Kejadian yang muncul anak melawan ketika dinasehati atau akan cenderung diam saja.
     Pernahkah kita koreksi diri bagamana cara berkomunikasi dengan anak? Mari kita coba mengkoreksi diri :

 1. Bagaimana cara bicara kita?

Sering terjadi kekeliruan dalam komunikasi dengan melakukan kesalahan-kesalahan yang tak disadari yaitu berbicara dengan tergesa-gesa Misalnya : seorang ibu sambil dandan membangunkan anaknya, menyuruh, mandi, sarapan dengan cepat karena takut terlambat, sementara anaknya belum sepenuhnya terbangun

 2. Apakah kita sudah kenal dengan anak?

 Pekerjaan orang tua yang menuntutnya pergi sejak matahari terbit sampai matahari tenggelam, ketika pulang sudah lelah jadi tidak pernah ketemu dan bicara dengan anak. Jangan sampai Si Mbak yang lebih kenal sama anak daripada orang tuanya sendiri. Jangan sampai ketika anak sakit malah si anak mencari Si Mbaknya.

 3. Apakah kita sudah dapat tampil sebagai pembela anak dalam mempertahankan harga dirinya?

 Ingat, anak itu unik. Meski lahir dari rahim yang sama, mereka adalah individu yang berbeda. Jangan pernah membandingkan mereka sampai hal terkecil pun. Kadang bukan kita yang membandingkan, tapi orang disekitar yang membandingkan. Kita bantu anak untuk mempertahankan harga dirinya.

 4. Apakah kita tahu apa kebutuhan dan keinginan anak?

 Seringkali kita lupa akan kebutuhan dan keinginan anak. Orang tua menyuruh anak les ini itu supaya paling pinter di kelas. Padahal si anak diumurnya itu masih ingin main.

 5. Apakah kita tahu perasaan anak?

 Anak baru pulang sekolah dengan kesal masuk rumah tanpa salam , anak langsung tutup pintu. Ibu langsung kesal dan memarahinya tanpa tahu perasannya. Seringkali kita menasehati anak panjang lebar, tapi tidak membaca bahasa tubuh anak kita. Anak yang tertekan, kesal, dan sedih saat dimarahi akan terlihat dari bahasa tubuhnya. Kita bicara panjang lebar karena kita ingin amarah kita keluar semua supaya lega, tapi tahukah bagaimana perasaan anak kita. Jadi biarkan sama-sama tenang dulu, baru bicara dan sampaikan apa yang kita ingin katakan

 6. Apakah Orang tua yang selalu membantu anak dalam menyelesaian masalah?

 Anak yang selalu dibantu orang tua dalam menyelesaikan masalahnya akan membuat tidak bertanggung jawab atas masalahnya, biarkan anak belajar dari kesalahannya. Misalnya anak tidak bisa membuat PR, orang tua langsung membantu menyelesaikannya dengan alasan kasihan anak akan menderita ketika dimarahi guru karena tidak membuat PR.

 7. Apakah kita rela mendengarkan keluhan anak?
 Kesalahan kita biasanya kurang mau mendengarkan. Banyak orang lebih suka didengar daripada mendengar. Cobalah mendengar cerita anak tentang kegiatannya hari itu. Jangan malah disuruh diam supaya tidak berisik. Ketika anak besar dia lebih mencari orang lain untuk mendengar curhatnya daripada orang tuanya sendiri. Kalau kita biasa mendengar, ketika besar si anak akan cerita sendiri tanpa harus kita tanya-tanya, karena anak percaya untuk cerita dengan kita sebagai orang tuanya.

 8. Apakah termasuk orang tua yang otoriter?

 Orang tua selalu menuntut agar anak mengikuti keinginannya. Anak diharuskan mengikuti perintah orang tua, yang belum tentu anak sesuai dengan keinginannya. Ubah cara kita menyampaikan pesan supaya tidak berkesan selalu menunjuk.

      Kita perlu koreksi diri apakah yang kita lakukan sudah tepat dan benar, sehingga kita tidak selalu menyalahkan anak tanpa disadari sebenarnya kita yang salah.

Sudahkah kita melakukannya?