Kamis, 27 April 2017

Dosa Orang tua Terhadap Anak yang Tidak Disadari

     Dalam pembentukan perilaku anak, orang tua perlu mengarahkan, memantau, mengawasi dan membimbing. Hal ini bisa dilakukan melalui interaksi antara anak dan orangtua dalam lingkungan keluarga. Orang tua merupakan pihak yang terdekat dalam pembentukan kepribadian anak. Orang tua harus memberikan teladan bagi anaknya. Saat ini peran orang tua sering terabaikan, dengan alasan kesibukan dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dan lebih fatal lagi dengan alasan untuk memenuhi kebutuan anak juga. Kondisi demikian tanpa disadari akan menjadi penghalang kedekatan hubungan orang tua dan anak. Tanggung jawab orang tua dialihkan ke asisten rumah tangga. Orang tua merasa semua sudah beres, karena sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangga. Hal ini menyebabkan timbul kesenjangan komunikasi antara anak dan orang tua. Belum lagi dengan kualitas komunikasi yang kurang baik dari orang tua. Kejadian yang muncul anak melawan ketika dinasehati atau akan cenderung diam saja.
     Pernahkah kita koreksi diri bagamana cara berkomunikasi dengan anak? Mari kita coba mengkoreksi diri :

 1. Bagaimana cara bicara kita?

Sering terjadi kekeliruan dalam komunikasi dengan melakukan kesalahan-kesalahan yang tak disadari yaitu berbicara dengan tergesa-gesa Misalnya : seorang ibu sambil dandan membangunkan anaknya, menyuruh, mandi, sarapan dengan cepat karena takut terlambat, sementara anaknya belum sepenuhnya terbangun

 2. Apakah kita sudah kenal dengan anak?

 Pekerjaan orang tua yang menuntutnya pergi sejak matahari terbit sampai matahari tenggelam, ketika pulang sudah lelah jadi tidak pernah ketemu dan bicara dengan anak. Jangan sampai Si Mbak yang lebih kenal sama anak daripada orang tuanya sendiri. Jangan sampai ketika anak sakit malah si anak mencari Si Mbaknya.

 3. Apakah kita sudah dapat tampil sebagai pembela anak dalam mempertahankan harga dirinya?

 Ingat, anak itu unik. Meski lahir dari rahim yang sama, mereka adalah individu yang berbeda. Jangan pernah membandingkan mereka sampai hal terkecil pun. Kadang bukan kita yang membandingkan, tapi orang disekitar yang membandingkan. Kita bantu anak untuk mempertahankan harga dirinya.

 4. Apakah kita tahu apa kebutuhan dan keinginan anak?

 Seringkali kita lupa akan kebutuhan dan keinginan anak. Orang tua menyuruh anak les ini itu supaya paling pinter di kelas. Padahal si anak diumurnya itu masih ingin main.

 5. Apakah kita tahu perasaan anak?

 Anak baru pulang sekolah dengan kesal masuk rumah tanpa salam , anak langsung tutup pintu. Ibu langsung kesal dan memarahinya tanpa tahu perasannya. Seringkali kita menasehati anak panjang lebar, tapi tidak membaca bahasa tubuh anak kita. Anak yang tertekan, kesal, dan sedih saat dimarahi akan terlihat dari bahasa tubuhnya. Kita bicara panjang lebar karena kita ingin amarah kita keluar semua supaya lega, tapi tahukah bagaimana perasaan anak kita. Jadi biarkan sama-sama tenang dulu, baru bicara dan sampaikan apa yang kita ingin katakan

 6. Apakah Orang tua yang selalu membantu anak dalam menyelesaian masalah?

 Anak yang selalu dibantu orang tua dalam menyelesaikan masalahnya akan membuat tidak bertanggung jawab atas masalahnya, biarkan anak belajar dari kesalahannya. Misalnya anak tidak bisa membuat PR, orang tua langsung membantu menyelesaikannya dengan alasan kasihan anak akan menderita ketika dimarahi guru karena tidak membuat PR.

 7. Apakah kita rela mendengarkan keluhan anak?
 Kesalahan kita biasanya kurang mau mendengarkan. Banyak orang lebih suka didengar daripada mendengar. Cobalah mendengar cerita anak tentang kegiatannya hari itu. Jangan malah disuruh diam supaya tidak berisik. Ketika anak besar dia lebih mencari orang lain untuk mendengar curhatnya daripada orang tuanya sendiri. Kalau kita biasa mendengar, ketika besar si anak akan cerita sendiri tanpa harus kita tanya-tanya, karena anak percaya untuk cerita dengan kita sebagai orang tuanya.

 8. Apakah termasuk orang tua yang otoriter?

 Orang tua selalu menuntut agar anak mengikuti keinginannya. Anak diharuskan mengikuti perintah orang tua, yang belum tentu anak sesuai dengan keinginannya. Ubah cara kita menyampaikan pesan supaya tidak berkesan selalu menunjuk.

      Kita perlu koreksi diri apakah yang kita lakukan sudah tepat dan benar, sehingga kita tidak selalu menyalahkan anak tanpa disadari sebenarnya kita yang salah.

Sudahkah kita melakukannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar